Quo Vadis elearning di Indonesia

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Secara "resmi" pertamakali berkenalan dengan kata elearning adalah waktu mengikuti workshop di UI sama pak Edhy Sutanta pada waktu itu. Secara tidak resmi tentu saja sering mendengar istilah tersebut sebelumnya, seperti di situs ilmukomputer yang mengklaim sebagai komunitas elearning gratis di Indonesia. Secara arti menurut wikipedia elearning adalah Electronic learning merupakan tipe pendidikan dengan media pengajaran yang menggunakan teknologi komputer.  Pada saat ikut worskhop di UI tahun 2006 yang lalu arti elearning bermacam-macam namun yang pasti bukan hanya menyediakan bahan pengajaran kemudian bisa dilihat, dibaca atau di download.

Jadi walaupun kuliah secara online tetapi harus dapat dipastikan bahwa user atau pengguna atau mahasiswa tetap bisa dipantau baik "kehadiran", membuat tugas dan lain sebagainya. Kalo mau 100% mau menggunakan elearning saya yakin pengajar atau dosen akan mendapat beban kerja yang berat daripada kuliah secara online. Mempersiapkan materi yang cantik, tidak membosankan, syukur2 full multimedia adalah hal yang cukup sulit ( walaupun bisa di sub kontrakan, ning duwite sopo hehehhee, (jw-uangnya sapa )). Melihat tugas yang dikirimkan online, melakukan pengecekan, posting nilai dan lain sebagainya tentu membutuhkan effort yang lebih besar bagi dosen dan harus di dukung dengan sarana yang memadai.

CMS atau secara lebih spesifik disebut LMS  atau juga VLE   merupakan perangkat lunak yang digunakan  untuk mewadahi elearning. Cukup banyak baik "merk" nya baik yang gratis maupun berbayar, moodle, carolinesakaiblackboard, dan banyak lagi yang lain seperti yang di develop secara mandiri oleh PTN, PTS di Indonesia seperti elisa UGM, sinau UNISULA, elista AKPRIND masih banyak lagi. Dengan segala fasiltas yang ada pada CMS tersebut memungkinkan semua kegaiatan kuliah offline di online kan, namun seperti yang saya sebut di atas ada banyak kendala yang bisa dihadapi (khususnya saya hehehehe).

Nah dengan berbagai "kekurangan" tadi maka elearning lebih dijadikan sebagai media bantu untuk melaksanakan kuliah secara offline ato sering disebut sebagai blended learning. Kuliah offline jalan dibantu dengan online juga. Bagaimana dengan elearning di Indonesia ? dengan adanya proyek INHERENT dari DIKTI banyak PTN dan PTS kecipratan atau kegrujuk  (jw- kecipratan = dapet sedikit, kegrujuk= dapet banyak ) dana dari Rakyat Indonesia melalui Pemerintah RI via Departemen Pendidikan :D. Dengan adanya dana tersebut berlomba-lombalah membuat isi atau konten elearning atau juga membuat CMS untuk elearning, bisa di cek di google sekarang banyak situs PT yang menyediakan elearning.

Di luar negeri sana walaupun tidak mengatakan elearning juga melakukan sharing konten atau course yang dipunyai untuk bisa dipelajari oleh yang memiliki koneksi Internet. Seperti yang dilakukan oleh sebuat PT di India  yang menshare kan tutorialnya via youtube salah satunya adalah sebagai berikut,



Atau seperti MIT yang menyediakan Free online cource material  yang menyediakan beragam material course yang disa didownload.

Bagimana kita(khususnya saya di ndeso Sleman)? apakah efektif dan bermanfaat ? apakah infrastruktur sudah mendukung, bandwith dah turah (jw-turah=kelebihan) ? Mau yang seperti apa ? donlot materi trus disimpan di flashdisk ? mau pideo converence ?

Ternyata banyak sekali tantangan atau kendala yang ada. Tidak semua kampus memliki koneksi Internet yang baik, banyak yang masih kecil (sepengetahuan saya ), keculai PTN/PTS yang sudah gede-gede dan bayarnya mahal-mahal hehehehe. Apalagi kalo harus menyediakan koneksi Internet di rumah, tempat kost waduh ... pake speedy ? pake wirelles, entar buat lihat youtube, tagihannya brapa hehehhee.

Namun semua itu tantangan dan harapan betul ngak ? Kita tunggu Pemerintahan mendatang apakah lebih memperhatikan masalah IT atau ngak, hidup adalah perbuatan kata SB :D,  Dulu bangsa kita adalah bangsa yang besar, kata prabowo, Sava aour Nation kata Rizal  hehehehe

Kemana engkau pergi elearning ? ke kanan, ke kiri, maju mundur atau kemana ?   
arep digowo nengdi ? mbuh ra weruh mumet hehehehehe

Ok semoga bermanfaat

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Komentar

Anonim mengatakan…
E-Learning, atau entah apa nama penyebutannya, masih menjadi sesuatu yang baru yang harus kita kembangkan di Indonesia. Hal ini tentu saja juga harus dibarengi dengan resource yang mendukung pula.
Budaya kurang aktif atau malas mencari tahu sendiri dan lebih memilih banyak bertanya menjadi salah satu faktor penghambat. Sebagai contoh, ketika kita seharusnya membahas suatu permasalahan dan mencari solusinya, maka kadang kita masih bertanya mengenai dasar atau apa yang telah diberikan di awal, melalui E-Learning, yang harusnya telah kita pahami.
Tidak cukup hanya disitu saja, mencari referensi lain juga sangat dibutuhkan untuk menjadi bahan acuan maupun perbandingan.
Budaya-budaya seperti inilah yang mungkin masih kurang dan harus kita atasi bersama. Penyedia E-Learning dapat melayani dengan resource yang maksimal, sedangkat pengguna juga harus aktif.

just my opinion
Unknown mengatakan…
Sebenarnya mau g mau kita harus menuju kesana, ato konsekuensinya: ketinggalan! (thats the real point).
sebagai info, konsep dan implementasi e-learning di negara2 maju eropa sini (buat inspirasi aja bukan membandingkan :D) udah sangat terorganisir dan tersosialisasi dengan baik. banyak sekali keuntungan2 yang didapat menggunakan konsep ini. contoh aja, di univ saya menggunakan Blackboard sebagai medianya. dalam semua urusan akademic, semua civitas yang terkait berinteraksi melalui media itu. contoh kecil aja kaya materi kuliah, bikin tugas/paper, grade, diskusi forum, etc.
selain paperless (inget salah satu penyebab global warming adalah penebangan pohon, jadi konsep paperless bisa sedikit membantu menguragi hal itu) terorganisirnya semua hal yg berkaitan dengan akademic resources tersebut sangat memudahkan semua pihak dalam memanajemen hal2 terkait tersebut.
dan mungkin banyak lagi sebenarnya yang bisa ditawarkan dari konsep e-learning.
cuman untuk sementara di Indonesia kita tercinta masih harus dihadapkan beberapa kendala yang sudah dipaparkan oleh sang author artikel ini... hehe
so, IMHO kalo mau serius menggunkan konsep ini marilah segera mencari solusi jalan keluarnya bareng2, jangan hanya berkonsep virtual aja, tetapi make it real! entah caranya pegimana, yang jelas pepatah mengatakan: "There's a will there's a way!" + inget pula juga "NO pain NO gain".
Wa2n mengatakan…
@dwi, yang berada di negeri VOC :D, negeri kta mungkin terlalu lama di jahah kompeni sehingga ngak maju-maju, korupsi disana sini dan yang penting adalah culture yang susah dibangun. Untuk membiasakan diri cek imel, online sesaat pun susah :D, padahal Internet kayak candu hehehhe, ngak online sehari aja kayak ada yang kurang
Anonim mengatakan…
tapi ngomong2 kok t.inf belom ada artikel di elista??

Postingan populer dari blog ini

Membuat Web Directory dengan Drupal

Membandingkan Kecepatan Web PT di Yogyakarta

Migrasi data bocor dari CSV ke PostgreSQL